MALIN KUNDANG
Alkisah, di sebuah masjid di daerah
Solo, terdapatlah seorang haji yang tinggal di masjid itu. Beliau memiliki
seorang murid yang bernama, Jambrong. Masjid tersebut memiliki sebuah
laboratorium yang dapat membawa imajinasi seseorang ke masa lalu atau masa
datang. Laboratorium tersebut tertutup untuk umum dan hanya diketahui oleh Pak
Haji dan muridnya saja. Dan labortorium itu disebut lorong waktu. Pak haji
seringkali mengajak muridnya untuk mencari pengalaman sambil belajar di lorong
waktu.
Sore itu, Pak haji berniat akan
mengajak muridnya, Jambrong untuk pergi jalan-jalan di lorong waktu. Pak haji
hendak mengajak muridnya pergi ke suatu zaman untuk belajar tentang sebuah
kisah.
Jambrong : (ketika sedang menyapu menyapa
pak Haji yang hendak lewat)
“ Assalamu’alaikum Pak Haji, mo ngapain Pak
Haji? Lagi nyari duit ya, kok lihat bawah terus..?” (sambil tersenyum
mengejek)
Pak Haji : (dengan
muka dipasang marah, lalu diam sejenak) “wah sudah berapa tahun sih kamu
belajar di sini, Mbrong? Bisa ngormatin orang tua nggak sich kamu? OK kalo
gitu, kelihatannya kamu pengin jalan-jalan ya. Mbrong, ke sini ikut saya ke
lab!”
Jambrong : (dengan
wajah memelas dan sedikit takut) “ ya pak Haji”
(Setelah sampai di lab. Lalu pak haji mengoperasikan
komputer dan menyiapkan diri bersama Jambrong yang dari tadi masih terlihat
takut.)
Pak Haji : “udah siap
belum?”
Jambrong : “Siap pak
Haji”
Setting berubah ke masa zaman Malin Kundang
Ibu Malin Kundang: “itu kok rame-rame ada apa, hai Upik ?
Upik : “oh itu di
pelabuhan ada seorang saudagar yang sedang merapat sebentar saya tak coba cari
tahu dulu ya Mak….Siapa tahu itu kakak Malin.
(suara ombak
dan angin laut dengan sepoi-sepoi menyambut datangnya kapal seorang saudagar
yang hendak merapat)
{dalam situasi yang lain, ternyata Pak Haji dan
Jambrong telah sampai di depan rumah seorang nenek tua (ibu Malin Kundang)
tepat ketika anaknya(Upik) beranjak dari rumah untuk mencari tahu tentang
keberadaan kapal yang datang}
Pak Haji :
“Assalamu’alaikum wr wb”
Jambrong :
“Assalamu’alakum wr wb”
Ibu Malin Kundang: “wa’alaikum salam wr wb. Ini siapa yaa? Pak haji ya?
Jambrong : “nek, kami
ini dari Solo ke sini, laper nek, jadi kami ke sini untuk makan. (jawab
Jambrong sambil tersenyum)
Pak Haji : “oh nggak
Nek kami ini hendak silaturrahmi saja, mungkin boleh saya duduk di sini Nek.
Nama saya Hussin dan ini murid saya Jambrong, Nek.
Ibu Malin Kundang : “ooo….. silakan duduk .
Jambrong : “Nek itu di
pantai ada apa sich, kok rame banget apa ada bagi-bagi harta ya Nek?
Ibu Malin Kundang : “saya nggak tahu Nak, itu anak saya sedang cari tahu
apa yang terjadi? Katanya sich ada seorang saudagar yang sedang merapat di
pelabuhan. Dia cari tahu apakah saudagar itu abangnya?
Jambrong : “emangnya
Nenek punya seorang anak yang jadi saudagar ya Nek?
Ibu Malin Kundang : “nggak sich. Cuman dulu saya punya seorang anak
namanya Malin Kundang yang pergi merantau ke kota.
Jambrong : “Malin
Kundang , Nek? Wah pasti dia anak durhaka itu nek? (dengan heran)
Pak Haji : “heh kamu
bisa diam sebentar nggak untuk menghormati nenek ini berceritera?” (dengan
wajah sedikit memeperlihatkan mimik marah) silakan teruskan Nek..!
Ibu Malin Kundang : “Katanya ia
hendak pengin jadi seorang saudagar dan dia belum pulang hampir 10 tahun. Di
samping itu saya juga sering bermimpi kalo anak saya itu sudah menjadi seorang
saudagar kaya. Nah siapa tahu itu anak saya? Saya sudah kangen sekali.
Pak Haji : “oo begitu
ya Nek”
(kemudian Upik datang dengan seorang penduduk bersama saudagar itu.
Mereka terlihat sedang berkelahi. Lalu mereka sampailah di depan rumah ibu
Malin Kundang )
Upik : “Mak, ini
benar bang Malin mak. Ini buktinya kalung yang dulu emak berikan ada padanya,
tapi di nggak mau ngaku Mak.
Ibu Malin Kundang : “ah anakku, kamu telah pulang Nak ? darimana saja
kamu selama ini Nak? emak kangen. Sekarang kamu telah menjadi saudagar kaya ya.
Malin Kundang : “saya tidak punya seorang ibu yang tua seperti kamu ini.
Kamu tahu saya ini adalah seorang yang kaya yang berasal dari tanah yang jauh.
Jadi, kamu jangan ngaku-ngaku jadi ibu saya ya…! Saya jijik melihat kamu”
Pengawal : “ya pangeran
ini tidak mungkin memiliki ibu seperti kamu. saya telah mengenal pangeran sejak
lama jadi tidak mungkin pangeran pernah hidup di sini. Ibu pangeran itu berasal
dari Belanda. Bukan begitu pangeran?
Malin Kundang : “ya kamu benar pengawalku”
Istri Malin Kundang : “papa, coba dilihat dulu! Siapa tahu orang itu
benar-benar ibumu? Sepertinya dia benar-benar mengganggapmu anaknya.”
Malin Kundang : “tidak istriku tidak mungkin. masa kamu lebih percaya
dengan orang tua jelek itu daripada saya yang keren ini. Kamu khan istriku.”
Istri Malin Kundang : “lalu bagaimana dengan kalung itu?
Malin Kundang : “ kalung itu dulu
saya beli di pasar senen dengan pengawal. Ya khan pengawal?
Pengawal : “betul
tuanku. Kalung ini memang benar dibeli di pasar senen ketika tuan beli kain.”
Istri Malin Kundang : “ betul? Kamu tidak bohong?
Pengawal : “tidak putri,
saya tidak bohong. Benar, saya tidak bohong.”
Pak Haji : “heh kamu
pengawal, kamu benar tidak bohong?
Pengawal : “tidak Pak
Haji .”
Upik : “ tega
sekali abang melakukan ini pada ibu. Ibu telah lama menunggu kamu dan selalu
mendoakanmu supaya berhasil. Kenapa kamu membalasnya dengan ini. Apakah kakak
tidak ingat ketika ibu terpaksa minta uang kesana-kemari untuk makan kita untuk
makan kakak dan saya. Apakah kakak sudah tidak ingat? Kasihan ibu kakak?”
Pak Haji : “baiklah
kalo begitu. Saya coba untuk menengahi. Boleh apa tidak saudara-saudara?”
Semua : “boleh pak
Haji.”
Pak Haji : “baiklah
kalo gitu saya mo nanya sama nenek ini dahulu. Apa yang menjadi ciri-ciri anak
nenek yang nenek ketahui untuk membuktikan kalau itu anak nenek?
Ibu Malin Kundang : “tahi lalat. Malin Kundang memilki tahi lalat di
lengan tangan kanannya berwarna merah.”
Pak Haji : “ok. Kalau
benar orang ini memiliki tahi lalat berarti ia benar-benar anak nenek tapi kalu
bukan berarti anak ini bukan anak nenek. Setuju?”
Semua : “setuju….”
Pak Haji : “baik.
Sekarang coba buka lenganmu?
Malin Kundang : “baik.” (lalu
dibuka lenngannya dan benar ternyata orang tersebut memiliki tahi lalat
berwarna merah. Berarti dia benar-benar anak nenek tersebut)
Pak Haji : “jadi kalo
begitu sudah jelas semua bahwa kamu adalah anak nenek ini.”
Malin Kundang : “tidak mungkin.
Ini pasti sihir yang kalian buat, saya tidak percaya. Pokoknya dia bukan ibu
saya. Ayo pengawal kita segera kembali berlayar. Saya sudah tidak betah lagi
tinggal disini.
Pengawal : “baik tuan.“
Malin Kundang : “ayo istriku, kita
kembali...!”
Istri Malin Kundang : “tidak. Saya tidak mau memiliki suami yang durhaka
kepada ibunya saya akan tinggal disini bersama nenek ini.”
Malin Kundang : “apa kau bilang?
Kau akan tinggal di sini? Baiklah aku akan pergi sendiri saja. Ayo pengawal !”
Pengawal : “baik tuan”
Ibu Malin Kundang : “kalau kamu tidak mau mengakui aku sebagai ibumu.
Kukutuk kau nanti jadi batu”
Malin Kundang : “terserah apa
katamu!”
Jambrong : “ eit tunggu
dulu. Hey Malin Kundang, kamu jangan pergi. Kamu nanti jadi batu lho. Kalau
nggak percaya lihat ini! Ini buku yang mencerikan tentang kamu. bila kamu nanti
pergi. Dalam perjalanan kamu akan menemui rintangan yang besar. Perahumu akan
diombang-ambing oleh ombak dan disambar petir lalu kamu akan menjadi patung.
Ini bukunya. (sambil menunjukkan buku kisah Malin Kundang)
Malin Kundang : “aku tidak percaya pada buku ini. Ini pasti buku bajakan”
(lalu
pergilah Malin Kundang bersama dengan pengawalnya. Sementara istrinya memilih
tinggal dengan ibu Malin Kundang.)
istri Malin Kundang : “maukah ibu menerima aku sebagai anakmu?”
Ibu Malin Kundang : “kamu memang anak yang baik tak seperti anakku.”
(di laut.
Malin Kundang bersama pengawalnya berlayar menuju ke suatu tempat. Dan saat itu
langit mulai tertutup oleh awan hitam yang tebal, lalu diikuti dengan hujan
deras dan petir serta badai yang menyambar dengan suara yang menggelegar.
Seluruh isi perahu pun kalut dan bingung. Belum pernah mereka mendapat badai
sedemiakian besarnya.)
Pengawal : “tuan, tuan bertaubat saja. Ini mungkin azab atas
kedurhakaan tuan!”
Malin Kundang : “diam kamu. ayo
cepat kendalikan kapal ini. Jangan banyak bicara!”
Pengawal : “saya takut kalo nanti saya juga ikut menjadi batu tuan.”
Malin Kundang : “kamu jangan
percaya dengan mereka!”
Pengawal : “coba renungkan dulu tuan. Bila tuan nanti menjadi batu
berarti tuan akan kepanasan tuan akan selamanya lapar dan tuan akan selamanya
di neraka. Ayo tuan bertobatlah.”
Malin Kundang :”baik tapi bagaimana
caranya. Apakah ini belum terlambat?”
Pengawal : “coba saja istighfar tuan”
Pengawal : “coba saja istighfar tuan”
(lalu pada
keesokan harinya di Pantai banyak dijumpai kayu-kayu dan mayat-mayat yang
mengapung serta banyak sekali harta karun yang berserakan dimana-mana. Dan
terdapatlah sesosok manusia tetapi setengah dewa, eh maksudnya patung. Orang
itu terlihat kepayahan karena tidak bisa berjalan dengan baik karena sebagian
tubuhnya telah menjadi patung dan tidak bisa digerakkan. Sambil tertatih-tatih
ia berusaha berjalan menuju rumah nenek yang dihinanya kemaren. Dengan ditemani
pengawalnya ,yang ternyata masih selamat dari musibah kapal, Malin Kundang
ditemani ke rumah ibunya. Ia hendak meminta maaf)
Malin Kundang : “assalamu’alaikum
wr wb”
Semua : “wa’alaikum salam wr wb”
Malin Kundang : “mak, saya
minta maaf mak saya salah mafkan saya
mak. Saya mengaku saya salah. Maafkan saya mak supaya saya bebas dari kutukan
ini dan selanjutnya saya akan berbakti kepada emak.
Jambrong : “gue bilang juga apa? Saya khan
udah katakan kalau kamu nekad, kamu akan jadi batu, betul khan? Kalau udah gini
terus mau apa lagi?
Ibu Malin Kundang :
“baiklah, kalau gitu ibu maafkan dengan syarat kamu harus berbakti kepada ibu,
adik, istri, dan seluruh penduduk pulau ini. Selain itu kamu harus bersedia
membangun pulau ini menjadi pulau yang maju. Apa kamu bersedia?”
Malin Kundang : “ ya mak.”
(seketika itu
juga Malin Kundang terbebas dari kutukan ibunya kemudian ia bersujud dibawah
ibunya, adiknya, dan istrinya seraya memohon maaf)